Pembangunan, istilah yang terlihat biasa saja namun memiliki soul yang sanggup merasuki sistem saraf negara-negara Dunia Ketiga. teori pembangunan dihadirkan oleh negara Dunia Pertama sebagai suatu sistem yang membantu negara dalam menyejahterakan rakyatnya. pertanyaannya, apakah pengaruh yang signifikan dari pembangunan terhadap perempuan? Bukankah menyejahterakan rakyat tak perlu memandang atau mengkhususkan permasalahan pada perempuan saja?
Perempuan selalu disangkutpautkan dengan marginalisasi, stereotipe, subordinat, dan kekerasan. masalah ini tidaklah berdiri secara mandiri tetapi saling berkaitan. Adanya marginalisasi perempuan dikarenakan stereotipe tertentu yang dilekatkan pada perempuan itu sendiri sehingga subordinasi terjadi dan dapat pula melahirkan kekerasan, simpulnya adalah aketidakadilan gender.
Pembangungan sendiri memiliki beberapa teori-teori pendekatan seperti teori evolusi, fungsionalis strukturalis, konflik, sumber daya manusia, dan modernisasi. Namun, yang paling nampak dampaknya bagi perempuan adalah teori modernisasi.
WID (Woman in Development ) diluncurkan karena dianggap perlu perhatian terhadap perempuan dalam keterlibatannya dalam pembangunan dan untuk menjawab permasalahan-permasalahan gender inequality yang menimpa kaum perempuan.
Modernisasi dianggap sebagai jalan menuju perubahan. modernisasi memusatkan perhatian pada sikap-sikap dan nilai-nilai individu. karena tradisionalisme memiliki dampak yang penti g terhadap proses perubahan sikap individu, maka tradisionalisme diuanggap sebagai penghambap modernitas. Maka individu harus diarahkan menuju modernitas karena individu lah yang akan membawa pertumbuhan ekonomi.
Adalah gambaran masyarakat modern yang dicita-citakan yaitu masyarakat kapitalisme barat, negara Dunia Pertama.
WID membuat literatur-literatur yang memusatkan perempuan pada kegiatan pembangunan. berbondong-bondonglah negara Dunia Ketiga memasukkan program-program WID ke dalam sistem pembangunan mereka.
namun ternyata modernitas yang dijalankan WID, misalnya teknologi ,modern akan membebaskan perempuan, justru melanggengkan penindasan terhadap perempuan.
contoh kasusnya yang terjadi pada masyarkat Jawa saat revolusi hijau, peningkatan teknologi pertanian di mana perempuan sebelumnya menggunakan sistem ani-ani menjadi sistem potong sabit yang biasa dilakukan oleh laki-laki sehingga perempuan pun kehilangan pekerjaannya. Perempuan kembali ke rumah dan pendapatan ekonomi pun berkurang.
Modernisasi juga menafikan kesukuan, mengurangi pekerjaan dalam sektor modern karena adanya stereotipe pada perempuan. Juga ketika perempuan beramai-ramai berkarir di mana kiblat mereka adalah perempuan-peremuan barat yang berhasil eksis dalam berkarir malah membuat perempuan 'pergi' dari atau setengah-setengah menjalankan kewajibannya dalam rumah tangga. Anak tak lagi mendapatkan asi dari ibunya, tak lagi menikmati belai kasih sayang ibunya, dan sebagainya, tanpa menyadari bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Tak ada larangan bagi perempuan untuk berkarir selagi mereka menyeimbangkan/bersikap adil dalam rumah tangganya.
Referensi : Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Mansour Fakih)
Penulis : A. Rara Bidja Gading